September 16, 2008

Kuching : Here I am

Assalamualaikum. Just an update, I am now in Kuching, at last, alhamdulillah, what can I say is, everything is very nice, from the director to everybody. 8 of us got Kuching, while another 4 got Miri.

For the first 6 months, I will be attached to speciality rotations, then another 3 months at Tanah Putih for orthodontic posting, then will attach with senior dental officers (district, not really?Hm?)

Seeru 'ala barakatillah

September 15, 2008

We will never be apart

Pertemuan telah ditakdirkan
antara kita tidak pernah dirancangkan
manalah takdir hendak dilawan
semuanya ketentuan Tuhan

wahai sahabat sematkan semua kenangan
yang telah bersama-sama kita lalui
suka dan duka memburu impian
moga teguhnya ikatan ini

sahabat yang amat kukasihi
susah senang kau disampingku
kehadiran dikau disisi
mengubat sepi dihatiku

wahai sahabat sematkan semua kenangan
yang telah bersama-sama kita lalui
suka dan duka memburu impian
moga teguhnya ikatan ini
oni: sahabat yang amat kucintai
susah senang kau disampingku
walau kini hilang di mata
namun kau tetap dihatiku

Sahabat bertuahnya kurasa
mendapat teman sepertimu
membimbing menasihatiku
hanya satu dalam beribu

sahabat yang amat kucintai
susah senang kau disampingku
walau kini hilang di mata
namun kau tetap dihatiku

Namun kini hanyalah tinggal kenangan
pertemuan kita di lamar perpisahan
kemesraan memekar di akhir perkenalan
sayu menitiskan airmataku

Ps : to the loveliest friends. Teruskan usahamu ya akhawat. Kami kan sentiasa mendoakanmu, insya Allah

Final article before I fly high. Seeru 'ala barakatillah

September 14, 2008

Go go for dakwah




"Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Katakanlah:
"Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mahu mengambil jalan kepada Tuhannya"
(Al-Furqan:56- 57)



Primary 6
Q : Nurul, are you worshipping wall?
N : No, I am worshipping Allah, My Lord. How about you?
Q : I am worshipping Lord too
N : Do U mean those statues? They are dead!
Q : How dare you to say those words! U apa kurangnya, tunggang tonggek, entah sembah apa
N : Huh! (feeling annoyed)
And those two innocent girls were in great quarrel for two weeks. But they are still close friend till now

Form 5
Z : Diyana, kadang-kadang aku tak faham kenapa aku kena sembah Allah
D : Hmm, kenapa kau tanya cam tu? Sembah je. Huhu
Z : Kenapa kena sembah DIA?
D : Alaaa sembah je. Senang cerita

Universiti
R : Aku tak pernah pun sambut krismas tau tak selama lima tahun kat kelantan. Aku kena dengar kuliah yang boring entah pape tu.
D : :)
R : Kau tau tak, aku teringin nak makan babi
D : Hehe, yelah makanan kau
R : Kau tak teringin ke? Sedap tau
D : Kitorang tak leh makan la, haram
R : Kenapa haram? Mak aku, bapak aku, nenek moyang aku hidup lama je makan babi
D : Sebab agama kitorang kata tak boleh
R : Sebab apa?
D : (She explains everything, from her religion point of view, from scientific point of view)
R : Huhu, aku nak makan jugak, kalau ko rasa ko nak samak tangan ko, pergilah.Hahahaha
D : :) )

Brother Lim : There are so many opputinities for you to enter the paradise. Do you know that one non Muslim friend if you can guide him to this beautiful Islam, you will be rewarded Jannah
Ukht M : Diyana, tolong sediakan diary untuk dakwah Non Muslim. Scope kita mereka

To pemilik blog Ghaddul Bashar,mohon maaf, kerana 'copy paste' message enti. Mohon maaf, tidak ada maksud untuk meniru, cuma secara kebetulan tajuk kita serupa.

Siapalah saya untuk menyingkap hikmah Allah yang telah ditentukan.Setelah difikirkan, sedari dari usia 10 tahun lagi Allah menghantar saya ke sekolah campur SRK(P) Methodist 1, kemudian ditempatkan bekerja sebagai guru sementara di SK Convent Infant Jesus 1, yang juga sekolah campuran, kemudian ditaklifkan memegang amanah yang ada kaitan dengan sebaran agama Islam yang indah ini, dan kini ke Sarawak pula.Saya memang terlalu gemar dengan perbahasan perbandingan agama. Jika dahulu dia cukup tidak berhikmah, tetapi sekarang, saya harapkan segalanya penuh hikmah. Moga-moga dikurniakan hidayah terus-terusan dari Allah untuk terus berbicara, terus mempelokkan akhlak, agar Islam ini terus serlah. AMin...Ya Allah, jika ini ketentuanMu, mudahkanlah segalanya

September 13, 2008

Puasa Wanita Istihadhah

Soalan : Minta bantuan para panel menerangkan permasalahan wanita istihadhah yang ingin berpuasa, sama ada puasa di bulan Ramadhan ataupun sekadar puasa sunat atau puasa ganti. Harap dapat keterangan kerana dari carian sekadar penerangan sekitar permasalahan wanita istihadhah dan solat, terima kasih.

Jawapan:

Hukum wanita istihadhah (darah kerana sakit) adalah sama dengan hukum wanita suci dalam banyak permasalahan. Maka wanita istihadhah wajib sembahyang fardhu, wajib puasa Ramadhan, boleh berpuasa sunat, dan boleh berpuasa ganti ketika waktu istihadhah itu.
Yang menghalang daripada puasa ialah: Haidh dan Nifas sahaja.

Ini adalah pendapat semua keempat-empat mazhab.


Rujukan:
-Badai’ Sanaie 1/161 (mazhab Hanafi)

-al-Talqin m/s 73 (mazhab Maliki)

-al-Majmuk 2/417 (Mazhab Syafie)

-Fatwa Lajnah Daemah no: 6495, m/s 5/404.

Wallahu a’lam.

Sumber : disunting dari Soal Jawab Agama, http://abuumair1.wordpress.com/

Debat : Isu Tudung UZAR vs Raja Petra


Debat Tudung Wanita : Jawapan Kepada

Artikel Raja Petra (Malaysia today)

- The Great Tudung Debate : A Response to Raja Petra's Article

By

Zaharuddin Abd Rahman

www.zaharuddin.net


This writing is a response to Raja Petra Kamaruddin about muslim women's aurat in his popular blog ( Malaysia today). Source


RAJA PETRA's FRIEND WROTE :

In the article there was a sentence stating: "Apparently, the tudung was 'decreed' for only the Prophet's wives and not for all women..." So I've have looked into the Quran and found some things.

1) "O Prophet! Tell thy wives and thy daughters and the women of the believers to draw their cloaks close round them (when they go abroad). That will be better, so that they may be recognised and not annoyed. Allah is ever Forgiving, Merciful." Surah Al-Ahzab (33), verse 59.

Comment : Firstly, see the words 'so that they may be recognised and not annoyed'. This means at least the face must be visible. It is wrong to say that other women at that time (non Muslim Arabs, Jews, Christians) did not wear the tudung. The truth is that the Jewish and Christian women wore far more conservative tudung than the Muslim women.

Covering the body is also required of men and women in the desert. It has nothing to do with any religion. So when the verse says 'so that they may be recognised' it actually means the women should not cover their face or head in such a way that the people cannot differentiate them from other Christian and Jewish women who also wear tudung and veils. This means there is no such thing as a tudung to cover your head and face.

The verse 33:59 says the following in Arabic:

Ya ayyuhan nabi : O you prophet

qul li-azwajika wabanaatika : tell your wives, your daughters

wa nisaa i mu'mineena : and the believing women

yudneena : to lengthen

Alayhinna : over them

min jalabeebihinna : from their garments/cloaks.

There is absolutely NO mention of head or hair or face in this verse. There is no reference to tudung. The reference is to lengthen your garments over your body. This means women must dress decently.


UZAR'S COMMENT

Unfortunately, you have misinterpret the verse and understanding it out of its context, i assumed that's because you are not examining the whole structure of the verse.

In reality, as a servant of Allah SWT and the follower of Rasulullah SAW, we are taught to always come back to Al-Quran and Al-Hadith to obtain assurance about the permissibility of a matter. Regarding this, Allah SWT said:-

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

"O Prophet! Tell your wives and your daughters and the women of the believers to draw their cloaks (veils) all over their bodies. That will be better, that they should be known (as a free respectable MUSLIM women) so as not to be molested. "(Al-Ahzab: 59)

It is agreed unanimously by ulama that every verse that is revealed to our prophet Muhammad s.a.w is also intended to Muslim except defined otherwise by our Prophet either in his hadis or by other quranic verses. For example: our prophet has more than four wives at a time, it is called "Khususiyat anbiya" which we are not allowed to follow due to Allah's will and many other logical reasons.

Therefore, in this case, covering aurat including head, hair, neck and chest is strongly commanded not only for prophet's wives but also to all muslim women. It is not just an Arab's custom due to the sandy desert, but it is indeed a religious commandment. It is also very obvious stated in the above verse where it is mentioned :

وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ

Meaning : "the women of the believers"

Therefore whoever claims they are muslim, they are obliged to uphold and stick to the decree in the verse.

Jilbab is a dress (of similar width to ‘baju kurung') worn by women to cover their bodies. Syeikh Dr Yusof Al-Qaradawi explained that when some women during the Jahiliah period left their houses, they loved to display some parts of their beauty such as the chest, neck and hair until they were being harassed by those wicked men who like to commit zina.

Then, the above verse was revealed commanding the Muslim women to EXTEND (and not only) their jilbab so that the parts that could lead to fitnah will be covered. In this way, they would be identified as women who are protected (‘afifah) and a true MUSLIM WOMEN. As a consequence, they would not be molested.
"And anyone who honours the symbols set up by God [shall know that] verily, these [symbols derive their value] from the God-consciousness in the [believers'] hearts " ( Al-Haj : 32 )

Therefore, the main reason (‘illah) for the above ruling is to prevent Muslim women from being molested by wicked men. Attires that display women's beauty or women walking and talking in a seducing manner could arouse a man's sexual desire. Such behavior is an indirect invitation to the male for teasing and molestation. (Adapted from kitab Al-Halal wal Haram fil Islam with slight modification)

It's also WRONG to say that "so that they may be recognised and not annoyed' mean face must be visible in order to be recognized.

Firstly : Is it acceptable to say that we can only recognised a women by looking at her face? Of course not, we can easily recognized them by many other ways, either by listening to her voice or many other things besides her face.

Secondly : Most of the Jahiliyyah womens are not wearing tudung at all and some of them wearing improper veils.( Refer Tafsir Ibn Kathir, 3/285). It is also stated clearly in the hadith narrated by Abu Hurairah, Rasulullah s.a.w. said:

"Two are the types of the denizens of Hell whom I did not see: (1) people having flogs like the tails of the ox with them and they would be beating people (unjust rulers); (2) the women who would be dressed but appear to be naked, who would be inclined (to evil) and make others incline towards it. Their heads would be like the humps of the bukht camel inclined to one side. They will not enter Paradise and they would not smell its odour whereas its odour would be smelt from such and such distance" (Narrated by Muslim, Sohih).

The JAHILIYYAH womens are said to wear attire but is still naked because they do have cloth on their body but it does not cover the aurat because it is transparent and exposes their skin; like the wearing of many women today. (Al-Halal Wal Haram Fil Islam, Dr Yusof Al-Qaradawi)

‘Bukhtun' in the hadith is a type of camel that has a big hump. Women's hair looks like the hump of a camel when it is pulled and tangled over their head. This shows that Jahiliyyah womens are not covering their head and hair. As for Christian and jews womens who you said wore tudung also at the time of prophet Muhammad s.a.w, you have to provide evidences on that. Besides, do you sure how Christian women exact attire in Mekkah and medina at that time?, Jewish people are too small to take into account and yet we don't know what are their tudung types.

Some people trying to support their thought by presenting Jewish and christian veil's pictures which are adapted from wikipedia and other unknown sources. Show us the absolute verse in Injil and Taurat which defines the Jewish and Christian's veil, without it, your pictures are insufficient, useless and unreliable at all. Again, show me the Injil and Taurah oringinal verse.


Even if you are able to do so, whatever types of their tudung, muslim womens also has an obligatory to perform, and that is to wear veil with certain standards and conditions and it is a religious commandment. Other than that if Christian and Jewish tudung are alike muslim women tudung, so what is the problem ?. We have to realize that the original faith of An-Nasara and Al-Yahud (before it's being modified as it is today) are also divine in the sense that it comes from The Almighty Allah via Prophet Jesus and Moses a.s. to the people of book (Al-Kitab). Therefore, similarities in some aspects can be realized.


However in reality, could you point to us how many Christian and Jews wearing veils in public? It is learnt that the Christian woman is to cover her head whenever she is praying, whether it be at the church service or just personal prayer at home. This may mean that if she is not praying at home, she is uncovered around male guests who are not related to her; or if she is praying at home, that she is covered around her own husband and family. In conclusion, if Chritian wome only wears veil while praying, so there is nothing significant to highlight this similarity issue. The original point here is that word 'to be recognized' in the verse has been translated wrongly by Raja Petra and his friends.




RAJA PETRA'S FRIEND WROTE :

2) "And tell the believing women to lower their gaze and be modest, and to display of their adornment only that which is apparent, and to draw their veils over their bosoms, and not to reveal their adornment save to their own husbands or fathers or husbands' fathers, or their sons or their husbands' sons, or their brothers or their brothers' sons or sisters' sons, or their women, or their slaves, or male attendants who lack vigour, or children who know naught of women's nakedness. And let them not stamp their feet so as to reveal what they hide of their adornment. And turn unto Allah together, O believers, in order that ye may succeed." Surah An-Nur (24), verse 31.

Raja Petra Comment : Again there is no mention of head (ru'usa) in this verse or face (wujuh/wajh). Please note the words 'draw their veils over the bosoms'. The arabic is as follows:

walyadribna : and strike / cover

bi khumurihinna : with their outer garments

Ala : over / upon

juyoobihinna : their bosoms / breasts

Women are told to cover their chests/bosoms/breasts. That is all. This tallies with the earlier verse 33:59 above where the women are told to lengthen their clothes/garments. There is absolutely no mention of head (ru'usa), face (wujuh) or hair.

UZAR'S COMMENT FOR NUMBER 1 & 2 :

Almighty Allah has said :-

وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ

Meaning : And tell the believing women to lower their veil and to be mindful of their chastity, and not to display their charms [in public] beyond what may [decently] be apparent thereof..

So you look Pete or (your friend), why are you or he only focusing on some words of the verse and didn't give proper attention to the others. You have translated ‘Al-Khumur' wrongly, as that because of your harfiah (word by word)translation and harfiah understanding also, that kind of translation cannot help you in understanding the word correctly. The "al-Khumur" word will provide you the answer on your own created question and false assumption which you said : "There is absolutely NO mention of head or hair".

The true meaning of khumur (veil) is anything that is used to cover the head. Meanwhile ‘juyub' (the plural form of jaibun) is the curvature of the breast that is not covered with cloth. Therefore every woman must cover not only their head but also their chest including their neck and ears and all other parts that may lure a male.

In order to understand Quranic text correctly, he/she must comprehend and find the exact usage of terminologies and words in Arabic language. A person should also know how a term or word is being used in the Arabic community because Quran is using Arabic language. Therefore it is good to have knowledge on conservative Arab's (especially at the time of prophet s.a.w) way of life before he/she can get the true intended meaning; For this reason, we must refer to the tafseer book by great Muslim scholars to avoid ourselves from false impression.

That's also why it's better for those who wish to learn Islam in depth to pay a visit to Arabic countries in order to get some feels and get used to the usage of certain word by contemporary Arabs, it can give you some more clue in order to understand Arabic language in the Quran.

When Allah swt said "Khumurihinna" , so we must know, in a standard Arabic language what does it mean by "khumur", so the answer is veil which cover their head, hair, ear etc and then, when a person said "khumur" in front of knowledgable arab person, what he will understand?. Of course, it s a veil also. This fact has been told by many great classic Muslim scholar like Imam At-Tabarii ( died 301 H) in his famous tafseer book Jami al-Bayan and also Imam Ibn Katheer . (Tafsir At-Tabari, 18/120 ; Tafsir AL-Quran Al-'Azim, 3/285))

Besides the khumur which is a veil which covers the women head, and juyub which covers womens' neck, breast and chest, the verse also stressing on :-

وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ

Meaning : that they should not display their beauty and ornaments except what (must ordinarily) appear thereof"..

Do you understand what ‘beauty and ornaments' means in this verse?

According to Syeikh Dr Yusof Al-Qaradawi, the adornment mentioned in the above verse refers to anything that is worn to beautify oneself; either natural beauty like face, hair and body; or manmade beautification like dress, embellishment, make-up and others.

In the above verse, Allah commanded women to conceal the adornment without any exemption. However, the exemption was "what is apparent". The scholars therefore have differences in opinion about the meaning and extent of "what is apparent" but all of them agreed unanimously that hair and head are included.

That is due to the following hadith :-

Saidatina Aisyah r.a narrated that her sister Asma' binti Abu Bakar entered the house of the Prophet s.a.w wearing attire made of transparent material that showed her skin. The Prophet s.a.w turned away from her and said:

"Hai Asma'! Verily when a woman has achieved puberty, she should not reveal her body except for this and this - showing the face and the palms (hands)." (Narrated by Abu Daud)

Although there is a discussion about narrators of this hadith, it is strengthen by many other hadith that allows revealing of the face and the palms if it does not bring any harm (fitnah). (Al-Halal Wal Haram Fil Islam)

This hadis also supporting the fact that women head and hair are ‘aurat and must be covered by muslim womens, only the face and palm or hand can be seen by the public.

Yes, there is discussion on what is the meaning of "what is apparent" which ALLOWED TO BE SEEN but it is not about hair, neck and head. Ibnu Abbas r.a, one of the great companions of the Prophet (s.a.w.) interpreted "what is apparent" is eyeliner and ring. Anas Bin Malik r.a is also of the same opinion.

Therefore, the body parts where the eyeliner and the ring are worn (i.e. the face and the palms) would also be considered as apparent. This also the opinon of the Tabien like Said bin Jubair, 'Atha', Auza'i and others.

However, Ummul Mukminin Aisyah r.a, Qatadah and a few others considered bracelet as something apparent. Therefore, the wrist (place of wearing a bracelet) is also considered as apparent if it does not cause any harm (fitnah). Regarding the limit from the wrist to the elbow, it is still under discussion among the scholars; therefore it is better to cover parts between the wrist and the elbow.

RAJA PETRA'S FRIEND SAID

3) In order to interpret the Quran, we have to go to people who have knowledge about it. In what circumstance the verse was revealed, etc. But not just any scholar who says that they know.

Comment : We DO NOT interpret the Quran. May I suggest something much simpler? Why not we just read it? If we look at the Quran in its arabic and then look at the translated words just a little carefully, we will understand it. You DONT EVEN have to know Arabic. For example the arabic word for HEAD (kepala) is NEVER mentioned in any of the verses quoted above. Neither are the arabic words for face and hair. So how do the translators include head, face and hair? Someone must explain this.

UZAR'S COMMENT

I have responded to this false statement and it's no longer concern us.

Do you think that Allah will only use ru'asa to express head and sya'run as hair?.. no you are wrong Mr Pete, for example Allah s.w.t forbids us from saying ‘Ah' to our parents. So it is permissible to say ‘uh' and bull shit to your parent only because it is not mentioned in the Quran?.

When Allah forbids ‘ah' so its include all thing that has similar effect and covering not only bad words but also bad behaviour and actions towrd your parent. It is called in Usul Fiqh as Qiyas al-Awla or also can be considered as ‘umum al-lafz that will carry all meaning under it.

So, women's head and hair falls under the words "al-khumur"in the verse. As simple as that.

As for the last part of Raja Petra's article, some of the hadith has been misquoted so i don't need to give any response.

‘DON'T JUDGE A BOOK BY ITS COVER' MYTH

I always come across with this expression and I believe you are the same. The following are the words of those women who do not cover their aurat who always claim to posess pure and kind hearts although they are wearing indecent outfits which reveal their aurat.

"Even women who put on hijaab commit crime nowadays, indulging in adultery, free-mixing and a lot more" A woman share her thought.

"In fact, we too are well-behaved, we do not bother others, we do not backbite and we stay away from bad things" The woman added.

Is it a sound argument? Is it true that the external appearance does not matter in Islam? Some of them are even one step ahead in their arguments that they reason with the meaning of an authentic hadith of the Prophet, which is:

"Verily Allah does not look at your physical being, your outer appearance nor your wealth, but He looks at your heart and your deeds" (Narrated by Muslim).

I feel sorry and dishearten looking at those who when arguing, easily throw out hadith in supporting their whims; indeed, they only utilize Islam in the matter that bring benefits to them.

An employee was caught playing game during working hours by his employer while he has yet to prepare the document requested by him. The employer thus said, "How are you going to excel in your carreer if this is your attitude towards work."

The employee responded, "You may see me outwardly as playing games but my heart is sincere and I performed my duty excellently."

Do you think that the employer believe in what his employee had said? Does Allah consider one's heart as pure and good through disobeying His commandments?

Indeed, something is only regarded as pure and good by measuring it with the scale of Allah and His Rasul, and not merely with the scale of our minds. If we refer to the scale of Islam, the Prophet SAW had said which means:

"Beware, in the body there is a piece of flesh; if it is sound, the whole body is sound and if it is corrupt the whole body is corrupt, and hearken it is the heart" (Narrated by Muslim)

Based on this hadith, Islamic scale necessitates that the purity of one's heart is apparent in its first stage, which is one's actions. It means that when one's actions always transgress against the commandments prescribed in Islam, it signifies the filth of one's heart. On the other hand, if the external actions submit to the commandment of Islam, thus it should be considered as good in the first stage, which is the external scale of lay people. Nevertheless, the second stage, which is whether one's intention is for seeking Allah's pleasure or for things such as showing off, we should leave the judgment only to Allah.

Therefore, we can judge a book by its cover in certain cases, such as in the case when the fundamentals of Islam are being transgressed; the cover is consequently reflecting what is inside the heart of a person.

Judging based on that which is apparent, does go along with the hadith:

إنما أنا بشر , وإنكم تختصمون إلىّ , ولعلّ بعضكم أن يكون ألحن بحجته من بعض , فأقضي بنحو ما أسمع , فمن قضيت له من حق أخيه شيئاَ فلا يأخذه , فإنما أقطع له قطعة من النار

Which means: "Verily I am only a human being, and you always presented arguments for me to solve. It may be that some of you are better in presenting argument than others. Therefore, I give out rulings based on what I have heard only. He, for whom I have made a ruling that violates the rights of the other party (due to the lack of skill of the person in presenting argument), does not take it. For verily, it will be for him a slice from the slices of hellfire" (Narrated by Abu Dawood, At-Tirmidzi and others; Refer Naylul Awtar, 8/632, no 3920).

This hadith clearly shows that a judge in Islam will give a ruling based on the information and the evident proofs presented to him. Similarly, in the case of covering aurat, if one reveals the aurat, it is a sign of transgression against Allah's commands. Thus, how would it be possible for this kind of heart to be perceived as a sound heart in Islam?

Women should realize that when the aurat is not covered properly, every single man who looks at it will be held accountable for every single gaze. The woman, on the other hand, is not going to be held accountable for that one sin merely; rather she will be held accountable for all the gazes from men that fell on her aurat. Just imagine how sinful she is for revealing the aurat only in one day. This is based on the Prophet's word:

من سن في الإسلام سنة سيئة فعليه وزرها ووزر من عمل بها من غير أن ينقص شيئاً

Which means: "Whosoever initiates a wrongdoing, upon him are a sin and the sin of every single person who does it without his sin being reduced even a little..." (Narrated by Ahmad and others-Authentic)

Included in the meaning of intiating is that someone intiates the revealing of her aurat in that day causing the man who looks at her to be held accountable. In fact, the woman herself is sinful for every single eye that sets on her aurat. Would this type of heart be considered as pure? After mountains of sins had rusted it?

Verily Allah is All Just and the Most Merciful. Rush towards Allah's love and mercy by obeying Him. For those who are hardhearted, no words can be shared except; be certain that Allah is true, His Rasul is true, and Paradise and Hellfire are true. If believe in them, why are the actions speak otherwise?

Thanks for you time.

Regards,

For further readingon this topic :

1) Women Aurah , What Has Happened?

2) Aurat Wanita : Apa Sudah Jadi?




Zaharuddin Abd Rahman

www.zaharuddin.net

10 Sept 2008

9 Ramadhan 1429 H

Wales,UK

September 12, 2008

:)





"So happy to hear from you. It does not matter where you are posted to, enjoy your 1st stint in dentistry and show you are the best.My warmest regards to you all" Dr. Azizah Yusuff's sms

I called Dr Azizah (my mentor), Dr Roselinda, En. Azahal and En Rahman yesterday. Dr Azizah as usual, the motherly-yet-stern doctor was so excited of getting the news that 14 of us will be posted to Sarawak. I remembered she advised me to read a lot anything to do with Oral Health.Hehe, mesti Dr ingat macam mana laa jawapan saya waku OSCE ya, Dr? :)

Then I called En Azahal and En Rahman, two technologists who are so dedicated and perfectionist persons, but they really teach me a lot. I remembered, I have to do mounting 7 times before I can send the denture for him to do setting and waxing of the artificial denture. What a perfectionist, but at least I know dentistry deals with art, and it deals with perfection. En Azahal's response " Hahahaha, Diyana dapat Sarawak? Ish boleh ke ni? Nanti jangan minta saya bend kan wire untuk awak tau? Hmm, nanti respect staff awak, buat kerja molek-molek, nanti kalau nak balik semenanjung, pakat-pakat naik Mas, sebab dia boleh bagi murah kalau in group". En Rahman, Mr Funny-Guy "Diyana, Mek Na!Hehe, gurau je. Nanti jangan lupa simpan duit banyak-banyak ya? Buat keje molek-molek""En Rahman, ni!Hmm, nak pesan pape tak? Kek Sarawak? Setty kayu? Hehe".

Dr Roselinda didn't reply my sms, maybe she had on calls. But these honest and humble request from all of them will be remembered. Thank you to everybody. I am eager to explore anything exciting there!

Selamat bekerja kawan-kawan.Seeru 'ala barakatillah :)

September 11, 2008

Islam itu Agama Mendamaikan (part II)


Saya minta maaf kerana link yang disediakan tidak berhasil 'broken'. Saya telah ke web asal :Islam Online dan mendapati link yang disediakan oleh web asal juga 'broken'. Maaf atas kekurangan kearifan dalam masalah teknikal ini, insya Allah sedang cuba diperbaiki. Seperti kurang wajar sahaja, saya berkata tentang perkara ini kerana penghayatan terhadap Ramadhan. Tapi saya kira, di mana, bila-bila masa sahaja, kewajipan menyampaikan 'the real Islam' adalah pasti, qat'ie.Moga diizinkan Allah, Ya Allah lapangkanlah dadaku, lancarkanlah lisanku, dan permudahkanlah urusanku, agar mereka memahami ucapanku.


Sebelum saya menjawab soalan-soalan saya mensarankan ke website berikut Dr Zakir Naik untuk memuat turun buku E-book : Answers to Non Muslim's Common Question. Dr Zakir Naik telah mengulas dengan penuh logic, hikmah dalam bab "Does Islam spread by a sword?"





Menjawab soalan-soalan dalam blog Islam Expose tentang ayat-ayat Al Quran yang dikatakan bersamaan dengan menganjurkan keganasan saya mohon, agar artikel ini tidak dibaca dengan penuh emosi, tetapi sebaliknya untuk sama-sama kita membuka mata, agar benar-benar kebenaran yang Haqq itu serlah. Semoga sama-sama kita bermohon hidayah dan taufiq dari Allah.

Penulis blog Islam Xpose membawakan ayat "Hai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir di sekitar kamu, dan hendaklah mereka merasakan sikap tegas dari kamu dan ketahuilah Allah bersama-sama orang yang bertaqwa" Surah At Taubah, 123.
dan beberapa ayat yang dinyatakan oleh penulis adalah kebanyakkanya daripada Surah At Taubah. Surah at Taubah diturunkan ketika Rasulullah saw dan para sahabat dalm peperangan Tabuk, di mana peperangan Tabuk itu diarahkan oleh Allah pembunuhan yang mereka lakukan ke atas duta
Rasulullah (s.a.w) al-Harith bin Amir al-Uzdi oleh Syurahbil bin Amru al-Ghassani.

Kisah ini boleh didapati dari buku Ar Raheeq al Makhtum oleh Syeikh Safy al-Rahman al-Mubarakfuriyy. Kita perlu maklum, dalam suasana peperangan, tentu sahaja ayat-ayat diturunkan dalam bentuk yang tegas dan keras. Bayangkan sahaja seorang kolonel tentera berlemah lembut dengan orang bawahannya ketika peperangan. Tentu sahaja tidak masuk aqal. Di samping itu juga, tatkala kita membacakan surah At Taubah 6, bukankah telah dinyatakan bahawa " Dan jika ada di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan dari kamu, maka lindungilah dia agar dia mendapat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang aman bagi mereka, Dengan itu sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui"

Jadi jelas di sini, andai Islam itu disebarkan melalui perang, mengapa perlu ada ayat lain yang menjelaskan tentang konsep perlindungan? Bukankah ini sudah membuktikan ayat Islam itu sendiri mendamaikan hatta tatkala berdepan dengan peperangan?

Perlu diketahui, dalam setiap peperangan sejarah Islam, Islam tidak pernah memulakan peperangan, sebaliknya peperangan itu hanya diarahkan ketika kaum Non Muslim membantah perjanjian damai, atau mereka memulakan peperangan ke atas Islam. Untuk bahagian ini, jika berkesempatan, penulis akan memceritakan satu persatu sebab setiap peperangan dalam Islam (moga diizinkan Allah)

Insya Allah to be continued..Penulis benar-benar perlukan komentar bernas daripada semua pembaca serta perkongsian ilmiah agar tulisan ini benar-benar menjadi bahan dakwah yang ilmiah serta berhikmah. Barakallahu lakum.

September 10, 2008

Islam Itu Agama Mendamaikan

Dengan Nama Allah yg Maha Pengasih dan Penyayang.
Baru sahaja menjengah blog seorang sahabat maya, dan saya hanya mampu beristighfar panjang. Sekiranya dia menuduh Islam agama terorist, saya tidak akan menyalahkannya, kerana mungkin sahaja dia belum faham agama Islam sebenarnya atau mungkin sahaja risalah Islam itu belum sampai kepadanya.Moga dirinya sentiasa dalam peliharaan Allah.

Cuma sedikit pendahuluan tentang toleransi nya Islam, saya mencadangkan sebuah buku Rahsia Sukses Dakwah Rasulullah Saw yang dikarang oleh Syeid Ramadhan Al Buti. Buku itu telah menjawab segala persoalan tentang benarkah Islam itu disebarkan melalui perang? Benarkah Islam itu mengarahkan 'memenggal' kepala orang-orang kafir? Benarkah Islam itu menganjurkan jihad yang bunuh diri? Saya mendoakan agar kita semua diberi kesempatan untuk melihat Islam dari mata hati yang benar-benar bersinar, bukan semata-mata melalui mata hati yang buta.

Toleransi Islam ini, sehinggakan Allah telah berfirman di dalam surah Al Kafiruun, "bagi kamu, agama kamu, dan bagiku agamaku". Lantaran itu, apakah dengan satu prinsipal bahawa Islam itu agama sungguh toleran? Jika Islam itu bukan satu agama yang toleransi, sudah tentu, ayatnya akan berubah, "Maka masuklah kamu ke dalam Islam dengan paksaan". Tetapi Islam itu tidak begitu, Islam menghormati agama lain, sehinggakan Allah telah berfirman di dalam Surah Al An Aam, 108 " Dan janganlah kamu cerca benda-benda yang mereka sembah yang lain dari Allah, kerana mereka kelak, akan mencerca Allah secara melampaui batas dengan ketiadaan pengetahuan. Demikianlah Kami memperelokkan pada pandangan tiap-tiap umat akan amal perbuatan mereka, kemudian kepada Tuhan merekalah tempat kembali mereka, lalu Ia menerangkan kepada mereka apa yang mereka telah lakukan"
Lihat sahaja, betapa Islam itu terlalu menghormati agama lain, sehinggakan kami tidak dibenarkan langsung untuk mencerca agama lain. Jadi dalam hal ini sahaja (kerana konsep ketuhanan adalah paling tinggi dalam Islam) bagaimana pula dengan hal-hal lain, tentang hubungan dengan orang yang bukan Islam?

Buat masa ini, ini sahaja pengenalan saya tentang Islam itu Mendamaikan. Saya cukup menyarankan agar, bacaan diperluaskan baik dari lensa seorang Muslim mahupun seorang Non-Muslim
Insya Allah, saya akan sambung artikel ini. Moga diizinkan Allah

This is an article for further reading:
Terrorism, Violent, And Islam


Mengerjakan Solat Terawih Mengikut Sunnah Nabi


Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh berkat. Padanya terdapat malam lailatulqadar iaitu satu malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Padanyalah diturunkan al-Qur’an yang dijadikan panduan bagi seluruh umat Islam. Firman Allah S.W.T: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (al-Quran) itu pada malam al-Qadar. Apakah cara yang membolehkan engkau mengetahui kebesaran lailatulqadar itu? Lailatulqadar ialah malam yang paling baik berbanding 1000 bulan. Pada malam itu, para malaikat dan Jibril turun dengan izin TUHAN mereka membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun berikutnya). Sejahteralah malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar.” – Surah al-Qadr: 1-5.

Pada bulan Ramadan ini jugalah Allah melimpahkan kasih sayang-Nya kepada seluruh hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Ganjaran pahala kurniaan-Nya untuk hamba-Nya yang beribadah pada bulan Ramadan juga berlipat kali ganda melebihi bulan-bulan yang lain. Inilah bulan di mana pintu syurga dibuka seluas-luasnya manakala pintu neraka ditutup serapat-rapatnya. Sabda Rasulullah s.a.w. : "Apabila datang bulan Ramadan, pintu-pintu syurga akan dibuka." - Hadis riwayat al-Bukhari dalam Sahihnya, no: 1898. Selanjutnya baginda bersabda: "Apabila masuk bulan Ramadan, pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu neraka jahanam ditutup." - Hadis riwayat al-Bukhari dalam Sahihnya, no: 1899.

Oleh itu, amat rugi sekiranya amalan ibadah yang kita kerjakan pada bulan yang mulia ini tidak diterima oleh Allah kerana tidak menepati kehendak-Nya. Untuk memastikan segala amal ibadah kita di terima oleh Allah, ia perlu memenuhi dua syarat utama, iaitu:

1. Amal ibadah hendaklah dikerjakan semata-mata ikhlas kerana Allah. Apa yang dimaksudkan dengan ikhlas ialah tidak bercampur dengan unsur syirik dan khurafat.

2. Amal ibadah itu juga hendaklah dikerjakan mengikuti (ittiba’) sunnah Nabi s.a.w yang sahih. Haram sama sekali mencampur-adukkan ibadah dengan perkara bid'ah.

Solat tarawih merupakan satu sunnah yang amat dituntut bagi seluruh umat Islam untuk mengerjakannya pada malam bulan Ramadan. Sabda baginda : "Sesiapa solat pada malam Ramadan dengan keimanan sebenar dan mengharapkan ganjaran (daripada Allah), diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu." – Hadis riwayat Imam Muslim di dalam Sahihnya, no: 759.


Berikut adalah tatacara mengerjakan solat tarawih menurut sunnah Nabi s.a.w. :

1. Waktu untuk mengerjakan solat tarawih.

Solat tarawih adalah solat sunat yang dikerjakan pada waktu malam pada bulan Ramadan, iaitu selepas mengerjakan solat Isyak dan sebelum masuk waktu solat Subuh. Namun, waktu paling afdal untuk dilaksanakan solat tarawih adalah sepertiga malam yang terakhir, iaitu bermula dari pukul 3.00 pagi sehingga sebelum masuk waktu subuh. Sabda Rasulullah s.a.w: "Tuhan kita Tabaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia ketika masih tinggal sepertiga malam yang akhir. Allah berfirman: Sesiapa yang berdoa kepada-Ku pasti Aku akan makbulkannya, sesiapa yang meminta kepada-Ku pasti Aku akan memberinya dan sesiapa yang memohon ampun kepada-Ku pasti Aku akan mengampunnya." - Hadis riwayat al-Bukhari dalam kitab Sahihnya, no: 1145

Walau bagaimana pun, sekiranya dilakukan secara berjemaah di masjid, umat Islam diperintahkan mengikut perbuatan imam serta waktu yang telah ditetapkan oleh pihak masjid. Tetapi, ada baiknya juga sekiranya masjid-masjid di Malaysia mempelbagaikan sunnah Nabi s.a.w berkaitan solat tarawih. Setidak-tidaknya sekali-sekala mengerjakan majlis solat tarawih pada sepertiga malam yang akhir. Solat sunat tarawih ini kebiasaannya digandingkan dengan solat sunat witir sebagai penutupnya.


2. Jumlah rakaat solat tarawih.

Cara mengerjakan qiyam Ramadan ini adalah sama dengan qiamullail. Ia boleh dilakukan dengan dua rakaat dua rakaat dan ia tidak mempunyai batasan jumlah rakaat yang maksimum. Malah, ia juga boleh digabungkan dengan hanya satu rakaat solat sunat witir. Abdullah bin Umar r.a berkata: "Sesungguhnya seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah! Bagaimanakah cara melakukan solat malam? Baginda bersabda: Dua rakaat dua rakaat. Apabila engkau bimbang (waktu solat Subuh akan masuk), laksanakan terus solat witir sebanyak satu rakaat." - Hadis riwayat al-Bukhari dalam kitab Sahihnya, no: 1137.

Syeikh al-Islam Ibn Taimiyyah r.h menyatakan di dalam kitabnya Majmu’ al-Fatawa, jilid 22, muka surat 272:

"Mengenai solat qiyam Ramadan (solat tarawih), Nabi s.a.w tidak pernah menetapkan jumlah rakaatnya. Namun, baginda sendiri tidak pernah mengerjakannya melebihi 11 atau 13 rakaat sama ada pada bulan Ramadan atau bulan lain. Baginda melakukan solat qiyam dengan memanjangkan rakaatnya. Apabila Umar r.a mengumpulkan orang ramai untuk melakukan solat tarawih secara berjemaah yang diimami oleh Ubai bin Ka’ab r.a, dia (Ubai) telah melaksanakannya bersama mereka sebanyak 20 rakaat kemudian diikuti solat witir tiga rakaat. Beliau melakukan begitu sambil meringankan bacaan al-Quran selari dengan kadar penambahan rakaat supaya ia lebih ringan (tidak terlalu panjang solatnya) berbanding solat satu rakaat yang dipanjangkan rakaatnya. Setelah itu sebahagian generasi salaf melaksanakan solat tarawih sebanyak 40 rakaat diikuti solat witir sebanyak tiga rakaat. Sebahagian yang lain melaksanakannya sebanyak 36 rakaat diiuti tiga rakaat witir. Semua ini memang telah berlaku. Oleh itu, sesiapa sahaja yang beribadah pada malam Ramadan dengan apa sahaja jumlah rakaat, dia diira telah berbuat kebaikan. Paling afdal, perbezaan jumlah rakaat dikira berdasarkan kepada keadaan orang-orang yang mengerjakan solat itu. Jika keadaan mereka memungkinkan dilaksanakan solat tarawih dengan lama, ketika itu lebih afdal melaksanakan solat tarawih dengan 10 rakaat diikuti tiga rakaat witir sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi s.a.w dan salafussoleh.

Tetapi, jika tidak mungkin melaksanakan sedemikian, solat tarawih yang dilakukan sebanyak 20 rakaat lebih afdal dan itulah yang dilakukan oleh majoriti umat Islam kerana yang demikian itu adalah dipertengahan antara sepuluh rakaat dan empat puluh rakaat. Manakala jika solat tarawih dilaksanakan sebanyak 40 rakaat atau lebih, terdapat perbezaan ulama mengenainya sama ada dibolehkan atau dimakruhkan. Hal ini ditegaskan oleh beberapa orang imam muktabar seperti Imam Ahmad bin Hanbal. Sesiapa yang beranggapan bahawa solat qiyam Ramadan (solat tarawih) mempunyai ketetapan jumlah rakaatnya daripada Nabi s.a.w tanpa boleh ditambah atau dikurangi jumlahnya, sebenarnya dia telah membuat satu kesilapan."

Diharapkan kenyataan Syeikh al-Islam Ibn Taimiyah r.h ini akan meredakan polemik yang sering berlaku di Malaysia tentang jumlah rakaat solat tarawih sama ada 8 rakaat atau 20 rakaat. Ternyata kedua-duanya adalah benar di sisi syarak. Namun begitu hendaklah ianya dilaksanakan dengan thumakninah, bacaan yang tartil dan tidak tergesa-gesa. Tindakan sesetengah masjid yang ingin mengejar 20 rakaat namun solat tarawih tersebut dikerjakan secara gopoh-gapah adalah tidak wajar. Ingatlah bahawa rasulullah s.a.w. pernah menegur seorang sahabat yang melakukan solat secara gopoh-gapah dan beginda menyuruhnya untuk mengulangi solat.

Daripada Abu Hurairah r.a, dia berkata: Bahawa Nabi s.a.w masuk masjid dan masuk pula seorang lelaki lalu melakukan solat. Kemudian dia datang dan memberi salam kepada Nabi s.a.w.. Nabi s.a.w. membalas salamnya lalu bersabda: “Kembalilah dan solatlah, kerana sesungguhnya engkau belum bersolat.” Maka dia pun solat sekali lagi. Kemudian dia datang lagi dan memberi salam kepada Nabi s.a.w., maka baginda bersabda: “Kembalilah dan solatlah, kerana sesungguhnya engkau belum bersolat (tiga kali).” Lelaki itu berkata: “Demi zat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak dapat melakukan yang lebih baik dari itu, maka ajarkanlah aku.” Baginda s.a.w.bersabda: “Apabila engkau berdiri untuk solat maka takbirlah, kemudian bacalah yang mudah bagimu dari al-Qur’an. Kemudian rukuklah hingga engkau tenang (thumakninah) dalam rukuk, kemudian bangkitlah (iktidal) hingga engkau tegak (lurus) berdiri.Kemudian sujudlah hingga engkau tenang (thumakninah) dalam sujud, lalu bangkitlah hingga engkau tenang (thumakninah) dalam duduk (duduk antara dua sujud). Kemudian sujudlah hingga engkau tenang (thumakninah) dalam sujud. Lakukan demikian dalam semua solatmu.” - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, no. 793.

Hanya sahaja Rasulullah s.a.w. mengerjakan solat tarawih dan solat qiamullail sebanyak 11 atau 13 rakaat sebagaimana hadis-hadis dibawah.

Abu Salamah r.a pernah bertanya kepada Aisyah r.a tentang solat malam Rasulullah s.a.w di bulan Ramadan. Aisyah menjawab: "Rasulullah s.a.w tidak pernah menambah rakaat solatnya di bulan Ramadan dan atau bulan lain melebihi sebelas rakaat. Baginda solat empat rakaat, jangan engkau tanya betapa bagus dan panjangnya solat baginda. Kemudian, baginda solat empat rakaat, jangan engkau tanya betapa bagus dan panjangnya solat baginda. Kemudian, baginda solat tiga rakaat (witir)." - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Sahihnya, no: 1147.

Hadis di atas ini menunjukkan bahawa solat tarawih ini juga boleh dikerjakan empat rakaat-empat rakaat. Ianya boleh dikerjakan sebagaimana tatacara solat fardhu yang empat rakaat iaitu dengan dua tahiyat dan boleh juga dikerjakan sebanyak empat rakaat sekaligus dengan hanya satu tahiyat sahaja. Sekiranya ingin dilaksanakan dengan hanya satu tahiyat maka setiap rakaat hendaklah dibaca surah-surah atau ayat-ayat dari al-Qur’an.

Aisyah r.a berkata:

"Biasanya Nabi s.a.w solat di malam hari sebanyak 13 rakaat termasuk witir dan dua rakaat solat sunat fajar (solat sunat sebelum fardu Subuh)." - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Sahihnya, no: 1140.


3. Solat tarawih boleh dilaksanakan secara berjemaah atau bersendirian.

Pada zaman Rasulullah s.a.w., baginda pernah mengerjakan solat tarawih ini secara berjemaah bersama para sahabat baginda pada beberapa malam. Kemudian baginda meninggalkannya lalu solat tarawih tersebut didirikan secara bersendirian kerana takut ianya akan diwajibkan. Hal ini adalah sebagaimana yang diriwayatkan daripada ‘Aisyah r.a: Bahawasanya Nabi s.a.w. bersolat di masjid, maka bersolat pulalah bersama-samanya beberapa orang. Pada malam yang kedua baginda bersolat lagi, maka banyaklah orang-orang yang mengikuti solatnya. Kemudian orang ramai berkumpul di masjid pada malam yang ketiga atau yang keempat, tetapi Nabi s.a.w. bersabda: Aku telah melihat apa yang kamu lakukan semalam. Tidak ada yang menghalangi aku keluar kepada kamu kecuali kerana aku takut ia diwajibkan ke atas kamu. Kejadian itu berlaku pada bulan Ramadhan. – Hadis riwayat Imam al-Bukhari di dalam Shahihnya no: 1129

Bersolat tarawih secara bersendirian ini kekal sehingga pada zaman ‘Umar lalu beliau mengumpulkan orang ramai untuk mengerjakan solat tarawih ini secara berjemaah. Daripada ‘Abdul Rahman bin ‘Abdul Qari yang berkata: Pada satu malam di bulan Ramadan aku keluar bersama ‘Umar al-Khaththab r.a ke masjid. Di dapati orang ramai berselerakan. Ada yang solat bersendirian, ada pula yang bersolat dan sekumpulan (datang) mengikutinya. ‘Umar berkata: “Jika aku himpunkan mereka pada seorang imam adalah lebih baik.” Kemudian beliau melaksanakannya maka dihimpunkan mereka dengan (diimamkan oleh) Ubai bin Ka’ab. Kemudian aku keluar pada malam lain, orang ramai bersolat dengan imam mereka (yakni Ubai bin Ka’ab). Berkata ‘Umar: “Sebaik-baik bidaah adalah perkara ini, sedangkan yang mereka tidur (solat pada akhir malam) lebih dari apa yang mereka bangun (awal malam).” - Hadis riwayat Imam al-Bukhari di dalam Shahihnya no: 2010

Hadis-hadis di atas membuktikan Rasulullah s.a.w pernah melaksanakan solat tarawih secara berjemaah dan juga bersendirian. Oleh itu, kedua-duanya cara solat sama ada secara berjemaah atau sendirian adalah sunnah Rasulullah s.a.w. Namun demikian menerusi hadis di bawah, Rasulullah s.a.w menegaskan kelebihan mengerjakan solat tarawih secara berjemaah sehingga selesai umpama mendapat ganjaran solat sepanjang malam dan inilah yang sewajarnya cuba kita usahakan untuk mendapatnya pada bulan Ramadan yang penuh berkat ini.

Abu Dzar al-Ghafiri r.a berkata: "Kami berpuasa bersama Rasulullah s.a.w pada bulan Ramadan. Baginda tidak mengerjakan solat (tarawih) bersama kami sehingga tinggal lagi tujuh malam terakhir (bulan Ramadan). Lalu (pada malam itu) baginda mengerjakan solat (tarawih) bersama kami sehingga sepertiga malam. Kemudian, baginda tidak keluar mengerjakan solat (tarawih) bersama kami pada malam yang keenam (sebelum akhir Ramadan). Kemudian, baginda mengerjakan solat (tarawih) bersama kami pada pada malam kelima (sebelum akhir Ramadan) sehingga seperdua malam. Aku (Abu Dzar) berkata: Ya Rasulullah! Alangkah baiknya jika kamu memberi keringanan kepada kami untuk mengerjakan solat pada sisa-sisa malam ini. Rasulullah s.a.w menjawab: Sesungguhnya sesiapa yang mengerjakan solat tarawih bersama imam sehingga selesai, Allah menulis (ganjaran) baginya umpama mengerjakan solat sepanjang malam." - Hadis riwayat al-Nasaai di dalam Sunannya, no: 1587.


4. Bacaan dalam solat tarawih

Rasulullah s.a.w. tidak menetapkan bacaan ayat-ayat atau surah-surah yang tertentu pada rakaat-rakaat yang tertentu mahupun pada malam-malam yang tertentu untuk solat tarawih ini. Dalam hal ini imam diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih surah-surah yang hendak dibaca sesuai dengan kemampuannya dan keadaan jemaah yang mengikutinya. Sekiranya para jemaah mempu serta berkeinginan kepada bacaan yang panjang maka hendaklah solat tarawih tersebut dipanjangkan bacaannya sebagaimana yang telah dilakukan oleh generasi al-Salafussoleh. Namun demikian sekiranya solat tarawih tersebut dididirikan dengan bacaan yang panjang akan menyebabkan para jemaah lari dari solat jemaah maka hendaklah imam tersebut meringankan
bacaannya.


5. Berzikir di antara solat-solat tarawih

Mereka yang mengerjakan solat tarawih ini akan berehat untuk menghilangkan penat diselang-selang solat tersebut. Dari tatacara inilah solat qiyam ramadhan mendapat gelaran tarawih. Para ulamak sepakat tentang disyari’atkan untuk istirehat setelah selesai mengerjakan empat rakaat. Amalan inilah yang telah diwarisi daripada generasi al-Salafussoleh dan ianya berkemungkinan didasari daripada perkataan ‘Aisyah r.a ketika menggambarkan tatacara solat tarawih Rasulullah s.a.w.: “Baginda solat empat rakaat, jangan engkau tanya betapa bagus dan panjangnya solat baginda. Kemudian, baginda solat empat rakaat, jangan engkau tanya betapa bagus dan panjangnya solat baginda. Kemudian, baginda solat tiga rakaat (witir)." - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Sahihnya, no: 1147.

Tidak disyari’atkan ada bacaan zikir-zikir, selawat-selawat mahupun doa-doa yang tertentu semasa waktu istirehat ini. Namun demikan sewajarnya tempoh tersebut dipergunakan untuk membaca ayat-ayat suci al-Qur’an, zikir-zikir, doa-doa dan selawat yang sabit daripada hadis-hadis Nabi secara bebas tanpa penetapan bacaan atau kaifiat yang tertentu. Hanya sahaja yang lebih menepati sunnah adalah zikir, doa atau selawat tersebut dilakukan secara sendirian dan dengan suara yang perlahan. Tatacara berzikir sebeginilah yang diperintahkan oleh Allah S.W.T. sebagaimana firman-Nya:

"Sebut serta ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri disertai perasaan takut (melanggar perintahnya) di samping tidak menguatkan suara, iaitu di pada waktu pagi dan petang. Janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai." – Surah al-A'raaf:205.

Berdasarkan ayat di atas, dapatlah kita fahami bahawa Allah sendiri telah memerintahkan kita sebagai hamba-Nya agar berzikir kepada-Nya dengan suara yang perlahan atau untuk lebih spesifik hanya diri sendiri yang mendengar zikir tersebut.

Selanjutnya Allah S.W.T. berfirman: "Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu mengenai Aku, (beritahu kepada mereka): Sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (dengan mereka). Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila Dia berdoa kepada-Ku. Oleh itu, mereka hendaklah menyahut seruan-Ku (dengan mematuhi perintah-Ku) dan mereka hendaklah beriman kepada-KU supaya mereka menjadi baik serta betul." – Surah al-Baqarah: 186.

Mengenai sebab penurunan ayat ini, al-Qurtubi telah menyatakan di dalam kitabnya Tafsir al-Qurthubi, jilid 1, muka surat 219:

Daripada al-Sholah bin Hakim bin Mu’awiyah bin Haidah al-Qusyairi, daripada ayahnya, daripada datuknya, bahawa ada seorang Arab Badwi berkata kepada Rasulullah s.a.w:

“Wahai Rasulullah! Apakah Rabb kami berada dekat dengan kami sehingga memadai hanya kami bermunajat (berbisik) kepada-Nya atau Dia berada jauh sehingga kami perlu menyeru-Nya (dengan suara kuat)? Baginda hanya berdiam diri. Tidak berapa lama kemudian, Allah turunkan ayat di atas 'wa idza sa’alaka ‘ibadi ‘anni fainni qorib'. Setelah itu, dinyatakan pula satu riwayat daripada Ahmad daripada Abu Musa al-Asya’ari r.a, dia telah berkata: Kami pernah bersama Nabi s.a.w dalam satu peperangan. Setiap kali kami melalui jalan mendaki atau menurun di suatu lembah, kami akan mengeraskan suara melaungkan takbir. Lalu baginda mendekati kami seraya bersabda: “Wahai sekalian manusia! Kasihanilah diri kamu semua kerana kamu tidak berdoa kepada sesuatu yang tuli dan bukan kepada sesuatu yang berada jauh. Sesungguhnya yang kamu seru itu lebih dekat berbanding seseorang antara kamu daripada tengkuk unta yang dinaikinya. Wahai Abdullah bin Qais, bagaimana jika aku ajarkan kepadamu satu kalimah daripada khazanah syurga, iaitu la haula wa la quwwata illa billah."

Demikianlah beberapa tatacara solat tarawih yangdiambil dari hadis-hadis Rasulullah. Semoga ianya dapat dijadikan pedoman bagi kita semua untuk melaksanakan solat tarawih ini sebagaimana yang telah diajarkan oleh baginda. Sesungguhnya mencontohi solat Rasulullah s.a.w. telah diwajibkan oleh baginda sendiri sebagaimana sabdanya: Solatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihat aku bersolat. - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, no. 631.

Apatah lagi mencontohi Rasulullah s.a.w. adalah bukti yang jelas yang menunjukkan kecintaan kita kepada Allah S.W.T. sebagaimana firman-Nya: Katakanlah (wahai Muhammad): "Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, nescaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. - ali ‘Imraan (3) : 31

Semoga dengan kesungguhan kita dalam mencontohi Rasulullah s.a.w kita akan termasuk dalam golongan yang mendapat rahmat Allah dan segala dosa kita diampunkan oleh-Nya.

Sumber asal :www.al-fikrah.net

2 mahligai indah



Sekiranya rakan-rakan lain terlalu gembira dengan keputusan ini, dia tumpang gembira, luaran dia cuba menampakkan dia gembira. Tetapi rupa-rupanya dia seoarang cewek yang cungek. Dia begitu cepat menitiskan air mata terutama ketika dia bertemu dengan Pemberi Keputusan ini. Dia memandang 2 insan terindah yang dianggapnya sebagai mahligai indah. Hatinya sayu, dia perlu melepaskan dua mahligai indah itu. 2 mahligai indah itu seolah-olah mengerti, 2 mahligai indah itu benar-benar murung sejak 2-3 hari ini. Dia seolah mengasingkan 2 mahligai indah itu. Tiada lagi kata sapaan atau senyuman manis kepada dua mahligai itu. Dia hanya mampu menangis

Dia tidak ingin menjadi beban kepada mahligai indah itu. Dia sudah berusaha mengatakan dia akan selamat di arus badai walau di mana dia berada. Dia bukan bongkak, bukan juga keras kepala. Tetapi dia sudah cukup dewasa untuk membuat keputusan sendiri. Dia ingin seperti seorang kanak-kanak, yang baru belajar bertatih, jatuh bangunnya disokong penuh dengan semangat, kasih sayang dan doa yang tidak putus-putus. Dia mahu kedua mahligai indahnya mengerti dia sudah cukup dewasa. Sebagaimana seorang kanak-kanak, kanak-kanak itu tidak perlu sentiasa dihulurkan tangan untuk dibantu agar kanak-kanak itu dapat berjalan dengan laju. Kanak-kanak itu perlukan pelukan kasih sayang, kata-kata peransang, kepercayaan yang jitu, serta doa yang tulus ikhlas untuk mengiringi setiap jatuh bangunnya. Seperti juga seorang kanak-kanak, dia ingin belajar. Kanak-kanak yang sentiasa dibantu dalam setiap tapaknya hanya akan menjadi seorang yang cungek, penangis. Dia ingin belajar benda baru.

Dia mohon maaf kepada kedua mahligai indahnya. Dia tidak ingin menjadi seperti Tanggang yang kepanasan ketika sakaratul maut menjemputnya. Dia hanya mampu menangis ketika ini. Dia benar-benar cewek yang cungek.
Dia cukup akur "Jangan lah kamu mengatakan walau 'uff' kepada keduanya". Dia juga cukup akur, setelah Allah dan Rasul, ibunya yang perlu ditaati. Dia juga cukup akur sebaik-baik amalan adalah mereka yang menunaikan solat di awal waktu dan berbakti kepada kedua ibu bapa mereka. Dia juga cukup akur dengan kisah seorang sahabat as, yang ingin berperang namun ditegah oleh Rasulullah saw, hanya kerana masih ada kedua ibu bapa yang perlu dijaga. Nilainya sama dengan sebuah jihad peperangan! Dia juga cukup akur, teorinya cukup mantap. Tetapi segala yang dinilai adalah sebuah amalan, bukan sekadar ilmu menggunung.

Allah, kasihanilah hambaMu ini...Ya Ilahi, ampunilah daku, ampunilah keduanya dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi kami sewaktu kecil..



September 09, 2008

Fwd : Mengapa Ingin Menambah Keingkaran?

“Edry, nak tanya boleh?” tegur seorang kawan ketika sekolah rendah saya melalui Yahoo Messenger.


“Sila-sila”, balas saya.


“Tak guna ya puasa kalau tak tutup aurat?” soal kawan saya itu.

“Kalau kita lihat sudut sah atau tidak. Tutup aurat memang bukan syarat sah atau tak sah puasa”, saya cuba membantu.


“Cuma puasa tu mungkin kering pahalanya dan tak mendapat makna serta manfaat sebenar”, saya sekadar memberikan pandangan peribadi.


“Tu la, ada member aku ni. Dah lama aku perhatikan. Dia tak puasa”, ujarnya.


“Aku tanya dia kenapa. Dia cakap dia ada baca kat e-mail. Tak guna puasa kalau tak tutup aurat. Jadi lebih baik tak puasa terus”, dia menyambung cerita.


“Tak tutup aurat tu dah ingkar pada suruhan Pencipta. Tak puasa tu satu lagi keingkaran terhadap suruhan Pencipta. Kalau satu keingkaran tu sendiri memerlukan usaha untuk diperbaiki, mengapa nak tambah satu lagi? Secara positif, lebih baik satu kesilapan daripada dua”, saya cuba berkongsi apa yang terlintas di benak.


Kita tidak dungu untuk mempertikai mengapa pemandu dan penumpang kereta perlu memakai tali pinggang keselamatan. Atau mengapa perlu memandu mematuhi had laju tertentu. Kita tidak mempertikaikannya kerana kita tahu setiap undang-undang itu punya tujuan dan kebaikan tersendiri.


Tidak sepatutnya hanya kerana seseorang itu sering melakukan kesilapan memandu laju, lalu dia memilih untuk turut tidak memakai tali pinggang keselamatan. Kerana konon baginya tidak ada erti memakai tali pinggang keselamatan sekiranya masih gagal membuang tabiat buruknya memandu laju. Yang jelas dia hanya menambah kesalahan undang-undang yang dilakukan daripada satu kepada dua.


Walhal yang sepatutnya dilakukan adalah terus memakai tali pinggang keselamatan pada masa yang sama terus berusaha memperbaiki tabiat memandunya. Memakai tali pinggang keselamatan sepatutnya mengingatkannya bahawa dalam ia mematuhi satu undang-undang. Mengapa tidak cuba mematuhi secara menyeluruh.


Dalam ia cuba menjaga keselamatan diri sendiri ketika memandu. Mengapa tidak dia usahakan juga untuk menjaga keselamatan umum dengan mematuhi had laju. Meminimakan kesilapan itu tentu sekali lebih baik daripada menambah jumlah kesilapan


Begitu juga dengan hukum dan suruhan Pencipta. Adalah biasa bagi manusia yang lemah ini untuk melakukan kesilapan melanggar suruhanNya. Namun itu tidak sepatutnya dijadikan alasan untuk terus melakukan lebih banyak kesalahan.


Sepatutnya peringatan terhadap kebenaran diambil secara positif dan bukan sebaliknya. Sama halnya bagi kes puasa dan menutup aurat tadi. Bukan puasa itu yang perlu ditinggalkan sebaliknya kemahuan untuk mematuhi etika berpakaian yang ditetapkan Tuhan itu yang perlu dipertingkatkan.


Sebagai manusia, hamba Tuhan yang penuh kekurangan. Jangan melihat kita semata-mata dituntut sebaik mungkin memperbanyakkan ketaatan. Tetapi juga perlu cuba mengurangkan sebanyak mungkin keingkaran.


قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Katakanlah (wahai Muhammad): Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa; sesungguhnya Dialah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. [az-Zumar 39:53]

alFaisal
Kuala Lumpur
6 September 2008 / 6 Ramadan 1429
5.57 pm
http://demipena.com


September 07, 2008

Inside-Outside


It is inspiring to realize in choosing our response to circumstance, we powerfully affect our circustance. When we change one part of chemical formula, we change the nature of the results. Proactive people focus their efforts in the Circle of Influence. They work on the things they can do something about. The nature of their energy is positive, enlarging and magnifying, causing the Circle of Influence to Increase.

Reactive people on the other hand, focus their efforts in the circle of concern. They focus on the weakness of other people, the problems in the environment, and circumstances over which they have no control. Their focus results in blaming and accusing attitudes, reactive language, and increased feelings of victimization" The 7 Habits of Highly Effective People by Stephen R Covey.

So it depends on me, to choose my own response to this whole Sarawak thingy. I have to focus my mind, to plan well, to work there, to enjoy living there. It is me to choose how should I response with the circle of influence. I can't do anything to change my whereabout posting, I can't even fight with the truth that in Sarawak, dentists are very few! So I have to really enjoy myself there, I really have to serve the people there, I really have to spread the beauty of Islam there. If I choose to sit in this grieving period forever, then I have to accept the consequences there, I wiil be so stressful then I will start blaming KKM or SPA again and again. So what's for? I am going to be a proactive person. And I am going to obey with His decision. Do pray for me :)

Seeru 'ala barakatillah


September 06, 2008

A Meeting With Allah



A poem by Ibn Qayyim based on Quranic ayaats and authentic ahaadith.

"O Allah, make us the inhabitants of Jannah"
http://www.voiceof-islam.blogspot.com/

September 05, 2008

Cahaya Hati

Cahaya Hati : Opick

Alloh
Engkau Dekat
Penuh Kasih Sayang
Takkan Pernah Engkau
Biarkan
HambaMU Menangis
Karna KemurahanMU
Karena Kasih SayangMu

Hanya Bila DiriMu
Ingin Nyatakan Cinta
Pada Jiwa-jiwa
Yang Rela
Dia Kekasihmu
Kau yang Slalu
Terjaga yang Memberi segala

Alloh Rohman, Alloh Rohim
Allohu Ya Ghofar Ya Nurul Qolbi
Alloh Rohman, Alloh Rohim
Allohu Ya Ghofar Ya Nurul Qolbi

Disetiap Nafas
Disegala Waktu
Semua Bersujud
Memuji Memuja AsmaMu
Kau yang slalu Terjaga
Yang Memberi Segala....

Alloh Rohman, Alloh Rohim
Allohu Ya Ghofar
Ya Nurul Qolbi
Alloh Rohman, Alloh Rohim
Allohu Ya Ghofar Ya Nurul Qolbi

Setiap Makhluk Bergantung PadaMu
dan Bersujud Semesta
UntukMu
Setiap Wajah Mendamba CintaMu
Cahyamu

Alloh Rohman, Alloh Rohim
Allohu Ya Ghofar
Ya Nurul Qolbi
Alloh Rohman, Alloh Rohim
Allohu Ya Ghofar Ya Nurul Qolbi

Ya Alloh Ya Romah Ya Alloh 3xYa... Alloh

Subhanallah, terlalu sejuk hati ini tatkala mendengarkan nasyid ini. Malah bertambah-tambah semakin sejuk tatkala membaca artikel karangan Dr MAZA : Jalan Pulang ke Pangkuan Tuhan sangat Luas.

Benarlah Islam itu benar-benar membahagiakan hati. Islam itu benar-benar melunakkan hati. Islam itu benar-benar menenangkan hati. Ayuh maksimakan Ramadhan kali ini

" Berapa banyak orang yang berpuasa, tiada apa dari puasanya melainkan menahan dari makandan minum". [Lihat Shahih Attarghib : 1076,1077]


" Puasa itu tidaklah menahan makan dan minum semata-mata, tetapi puasa jugaadalah menahan dari perbuatan sia-sia dan keji. Jika ada orang mencela kamu, maka katakanlah :Aku berpuasa, aku berpuasa ". [HR Ibnu Khuzaimah : 1996]

September 03, 2008

Muslim Doctors Oath


In the First Medical Symposium held in Kuwait in 1401 Hijra (1981),
the following Islamic oath was set:

In the name of God I swear …


1. That during the performance of my duties, I will in mind that my God is watching me.


2. That I have to (maintain) protect human life in all its forms, in all stages, in all conditions, doing my best to save the patients from death, diseases, pain and anxiety.
3. That I will protect their human dignity, their private parts and will keep their secrets.

4. That I will always provide them with means / sources of relief by giving my medical care to all tha people: relatives and others, the good and the bad, the friens and the enemy.

5. That I will always make efforts to seek knowledge for the benefit of humanity and not for its prejudice.

6. That I will respect those who taught me, and will teach the ones who are younger than I, and be brother to colleagues in the medical profession within the boundaries of Al-Birr and Taqwa
(Faithfulness in God's service and piety);


7. That my life will be the reflection of my faith -openly and secretly, pure and clean in actions, honourable in the eyes of Allah, His prophet and believers (Mumineen).


excerpt from E book : The Muslim Doctor: Duties and Responsibility by Dr. Shabib Ibn Ali Al-Hathery, M.B.B.S. Publisher : ISLAMIC MEDICAL ASSOCIATION WAMY - DAMMAM

"Jihâd (holy fighting in Allâh's Cause) is ordained for you (Muslims) though you dislike it, and it may be that you dislike a thing which is good for you and that you like a thing which is bad for you. Allâh knows but you do not know" Al Baqarah : 216
PS: Take care yourself.Sarawak is still closer then US :)
its ok, I am not afraid of standing alone. This oath will be applied everywhere, anytime, anyone. Sarawak, here I come!



September 01, 2008

Puasa pesakit diabetis

DIABETES Mellitus (DM) adalah penyakit kronik di mana terdapat kadar gula berlebihan di dalam darah yang disebabkan oleh gangguan hormon insulin iaitu hormon yang berperanan mengawal paras gula dalam darah, baik secara kuantiti (insulin berkurangan) atau kualiti (insulin tidak berkesan).

Mengikut Kajian Kesihatan dan Morbiditi Kebangsaan Kedua pada 1996, lebih 1.5 juta penduduk negara ini menghidap diabetes. Daripada jumlah itu, kira-kira satu juta terdiri daripada mereka yang beragama Islam yang secara amnya bertanggungjawab untuk berpuasa di bulan Ramadan.
Persoalannya, bolehkah pesakit diabetes berpuasa sedangkan mereka terpaksa begantung kepada ubat-ubatan atau suntikan insulin setiap hari untuk mengawal penyakit?
Pesakit diabetes yang beragama Islam bolehlah mengikuti panduan berikut, yang dipetik daripada persidangan yang menggabungkan pemikiran para ulama Islam dan doktor perubatan moden.

Siapa yang boleh dan tidak boleh berpuasa?

Secara umumnya, pesakit yang mempunyai berat badan berlebihan dan diabetesnya terkawal serta tidak memerlukan insulin memanglah digalakkan berpuasa.
Walau bagaimanapun, pesakit diabetes yang tidak terkawal paras gulanya dan tidak mengambil ubat-ubatan atau suntikan insulin seperti yang disyorkan oleh doktor mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk berdepan dengan komplikasi jika berpuasa.

Antara pesakit diabetes yang tidak digalakkan berpuasa termasuklah;
1,Penyakit diabetesnya tidak stabil. Dibimbangi ia akan mengakibatkan pelbagai komplikasi seperti dehidrasi (kekurangan air), jangkitan kuman dan koma.
2.Mengalami komplikasi diabetes yang serius seperti penyakit jantung koronari dan tekanan darah tinggi yang tidak terkawal.
3.Kerap mengalami komplikasi diabetik ketoasidosis (lebih cenderung bagi pengidap Diabetes Jenis I dan pesakit yang menggunakan suntikan insulin).
4.Kerap mengalami komplikasi hipoglisemia (kekurangan gula dalam darah).
5.Sedang mengalami jangkitan kuman.
6.Warga tua dan tinggal bersendirian.
7.Hamil yang memerlukan suntikan insulin.
8.Berusia di bawah 12 tahun.

Pesakit diabetes yang ingin berpuasa mestilah bersahur, menyegerakan berbuka puasa, makan ubat/menyuntik insulin mengikut nasihat doktor, mengawasi penyakit diabetes dan kesihatan mereka secara umumnya dan peka dengan tanda-tanda hipoglesemia, hiperglisemia (gula berlebihan dalam darah) dan dehidrasi.

Mereka harus segera berbuka apabila mengalami samada hipoglisemia, hiperglisemia atau dehidrasi. Adalah haram untuk pesakit meneruskan puasa kerana ia boleh mendatangkan kemudaratan. Jangan sekali-kali mengubahsuai dos ubat atau insulin dan waktu ia harus dimakan/disuntik tanpa rujukan doktor.

Diet -
Elakkan makan berlebihan ketika berbuka puasa dan pada waktu malam. Karbohidrat dan makanan berlemak boleh menambahkan berat badan serta menyukarkan kawalan diabetes.
Panduan kepada pesakit diabetes yang dibenarkan berpuasa

For further reading please read :Puasa Pesakit Diabetes

31.08.08


3 honoured guests gave us a visit today. Jazakallahu khairan kathira, and I am really sorry for not entertaining the guests. My brother entertained them. Tuan rumah terlalu malu untuk keluar melayan tetamu kerana tuan rumah sendiri belum bersiap apa-apa jam 11 am sedangkan tetamu sudah sampai jam 10.54 am dengan alasan biasa, duduk di dapur sehingga tidak sedar jam berapa di dinding. Hehe..
(Teringat kat USM dulu, pernah diminta untuk istighfar 100 kali kerana kelewatan 5minit)
Moga tenang ini benar. May Allah ease everything.

Selamat menjalani ibadah semaksima mungkin dalam bulan Ramadhan kali ini :)
Moga kan ketemu malam seribu bulan, amin...

PS : suggested readings for this whole month

Puasa tidak boleh terpisah dari dalil sunnah

Assalamualaikum wbt

TIADA siapa pun yang beriman dapat menafikan bahawa pengamalan agama ini hendaklah berteraskan apa yang dijelaskan oleh Rasulullah s.a.w. Baginda adalah tempat rujukan tanpa sebarang pertikaian mengenai hakikat Islam dan cara ibadah dalam Islam.

Seorang agamawan sama ada dia sarjana besar, atau memiliki puluhan Ph.D sekalipun, mufti atau siapa sahaja, jika huraiannya mengenai agama ini tidak selaras dengan dalil-dalil sunah Nabi maka ia tidak diterima.

Penolakan terhadap sunah Rasulullah berlaku dalam dua bentuk; pertama; golongan yang menolaknya secara prinsip iaitu golongan antihadis. Mereka ini pada hakikatnya menolak nas-nas al-Quran itu sendiri yang menyuruh agar kita mengikuti Rasulullah.
Kelompok kedua mereka tidak mendakwa menolak sunah Nabi. Tetapi apabila mereka dapati nas-nas hadis yang tidak bersesuaian dengan selera, kepentingan, kebiasaan atau adat mereka, maka berbagai-bagai alasan diberikan agar dimandulkan isi kandungan hadis berkenaan sekalipun jelas kepada mereka kebenaran hadis tersebut. Bukan kerana mereka tidak tahu hadis adalah rujukan yang benar dalam Islam namun kerana enggan mengubah kebiasaan atau ketaksuban terhadap pendapat yang diikuti sejak sekian lama.

Berbalik kepada kehidupan kita, kadang-kala kebiasaan mengongkong kita lebih dari dalil dan nas-nas agama. Umpamanya kadangkala lihat wanita yang menutup aurat, tetapi apabila hendak bersolat dia seakan tidak mampu selagi tidak memakai telekung putih yang menjadi kebiasaan orang Nusantara. Saya bukan menyalahkan pakaian tersebut. Seseorang boleh memakainya jika dia mahu. Tetapi keterikatan dengan ‘uniform’ yang seperti itu boleh membebankan diri dan melupakan kita bahawa dengan pakaian yang ada sudah memadai. Sehingga ada yang menangguh solat hanya kerana tertinggal telekungnya.

Apabila saya memperkatakan tentang pemandu bas perjalanan jauh boleh berbuka puasa kerana musafir, ramai yang bersetuju. Tetapi apabila saya menyebut mereka sepatutnya berbuka puasa, bahkan disuruh berbuka puasa jika puasa itu mengganggu tumpuan pemanduan mereka lalu membahayakan nyawanya dan penumpang dan jika dia berpuasa juga dia menyanggahi petunjuk agama ini, ada pihak yang bertanya saya; apakah sampai hendak disuruh buka, setakat diberikan pilihan itu, tidak mengapalah?! Saya beritahu kepada mereka bahawa dalam hadis; Rasulullah dalam satu perjalanan lalu mellihat orang ramai berkumpul dan seorang lelaki yang dipayung (kerana terlalu teruk berpuasa). Lalu baginda bertanya: Kenapa? Mereka menjawab: Dia berpuasa. Baginda bersabda: Bukanlah sesuatu yang baik itu, berpuasa ketika musafir (riwayat al-Bukhari). Hadis ini adalah ulasan Nabi terhadap lelaki berkenaan yang mana puasanya telah membawa mudarat kepada dirinya sendiri. Maka baginda menyatakan bukan satu perkara yang dianggap baik dalam Islam berpuasa ketika musafir sehingga memudaratkan diri. Jika memudaratkan diri disebabkan berpuasa ketika musafir dibantahi oleh Rasulullah bagaimana pula dengan pemandu bas yang jika puasanya boleh memudaratkan dirinya, penumpang yang ramai di belakangnya dan pengguna jalanraya yang lain? Tentulah mereka ini lebih utama untuk berbuka lebih dari lelaki dalam hadis di atas.

Ada orang yang sakit mata dan telinga berkata; saya terpaksa menanggung kesakitan sepanjang hari kerana jika saya titikkan ubat saya nanti batal puasa saya. Saya bertanya dia; siapa yang menyatakan batal? Dia berkata: Ramai yang kata macam itu. Saya kata kepadanya: Dalam hadis disebutkan: Rasulullah s.a.w. bercelak sedangkan baginda berpuasa (riwayat Ibn Majah, dinilai sahih oleh al-Albani). Jika memasukkan sesuatu ke daerah mata atau setiap rongga membatalkan puasa, tentu baginda tidak lakukan.

Demikian juga anggapan ramai pihak bahawa seseorang yang mandi disebabkan keletihan atau terlalu dahaga pada bulan Ramadan, mengurangkan pahala puasanya. Ada yang menambah, sesiapa yang mandi selepas waktu asar, juga berkurangan pahala puasanya. Sedang di dalam hadis yang sahih yang diriwayatkan oleh al- Imam Malik di dalam al-Mawata’, Ahmad dan Abu Daud: Abu Bakar bin Abd al-Rahman meriwayatkan: “Telah berkata sahabah yang menceritakan kepadaku: “Aku melihat Rasulullah s.a.w. di al-‘Arj (nama tempat) mencurahkan air ke atas kepala baginda ketika baginda berpuasa disebabkan dahaga atau panas.” Dengan itu Ibn Qudamah al-Maqdisi (meninggal 620H) menyatakan: “Tidak mengapa seseorang mencurahkan air ke atas kapalanya (ketika puasa) disebabkan panas atau dahaga kerana diriwayatkan oleh sebahagian sahabah bahawa mereka melihat Rasulullah di al-‘Arj (nama tempat) mencurahkan air ke atas kepala baginda ketika baginda berpuasa disebabkan dahaga atau panas.” (Ibn Qudamah al-Maqdisi, al-Mughni, 2/18, Beirut: Dar al-Fikr). Maka tidak menjadi kesalahan mereka yang letih atau kekeringan ketika bertugas membasahkan kepala atau mandi demi menambahkan kesegaran dan meneruskan urusan. Agama ini sangat rasional. Ia tidak menyuruh kita keletihan dan tersandar sepanjang hari.

Dalam sunah kita disunatkan berbuka puasa dengan rutab, jika tidak ada dengan tamar, jika tidak dengan air. Rutab ialah buah kurma yang masak sebelum menjadi tamar kering, ianya lembut dan manis. Adapun tamar adalah kurma yang sudah kering. (lihat: al-Mu‘jam al-Wasit 1/88). Faedah kesihatan juga terbukti secara saintifik berbuka dengan rutab atau tamar. Sesetengah menganggap jika ada air zamzam itu lebih baik. Sebenarnya, dakwaan seperti ini tidak berteraskan hadis. Anas katanya: Bahawa Rasulullah s.a.w. berbuka dengan puasa sebelum bersolat dengan beberapa biji rutab, sekiranya tiada rutab maka dengan beberapa biji tamar, dan sekiranya tiada tamar maka baginda minum beberapa teguk air. (Riwayat al-Imam Ahmad dan al-Tirmizi, Al-Diya al-Maqdisi menilai hadis ini sebagai sahih). Kata al-Mubarakfuri (meninggal 1353H): Hadis ini menjadi dalil disunatkan berbuka puasa dengan rutab, sekiranya tiada maka dengan tamar, dan sekiranya tiada maka dengan air… Adapun pendapat yang menyatakan di Mekah disunatkan didahulukan air zamzam sebelum tamar, atau mencampurkan tamar dengan air zamzam adalah ditolak. Ini kerana ia menyanggahi sunah. Adapun Nabi telah berpuasa (di Mekah) banyak hari pada tahun pembukaan kota Mekah namun tidak pernah diriwayatkan baginda menyalahi adat kebiasaannya mendahulukan tamar sebelum air. (al-Mubarakfuri, Tuhfah al-Ahwazi, 3/311, Beirut: Dar al- Kutub al-‘Ilmiyyah).

Demikian sesetengah kita, akan berhenti memakan sahur apabila melihat jadual waktu imsak yang disebarkan oleh kebanyakan pihak. Jadual itu biasanya akan menetapkan waktu berpuasa lebih awal dari masuknya waktu solat subuh. Padahal al-Quran menyebut: (maksudnya): Makan dan minumlah kamu sehingga ternyata benang putih dari benang hitam dari waktu fajar, kemudian sempurnakanlah puasa sehingga waktu malam (surah al-Baqarah: 187). Dalam hadis al-Bukhari dan Muslim, Nabi menyebut dengan jelas: Makan dan minumlah sehingga azan Ibn Ummi Maktum, kerana beliau tidak akan azan melainkan setelah masuk waktu fajar (subuh). Ibn Ummi Maktum adalah muazzin Nabi. Baginda mengajar kita dalam hadis ini agar kita boleh bersahur sehingga masuknya waktu solat subuh. Apabila waktu solat subuh, bererti waktu sahur berakhir. Baginda tidak pula menyebut beberapa ketika atau setengah jam sebelum subuh. Bahkan dalam hadis Abu Daud dan Ahmad baginda memberikan kelonggaran yang lebih luas untuk umatnya. Baginda bersabda: Apabila seseorang kamu mendengar azan sedangkan bekas minuman berada di tangannya, maka janganlah dia meletakkannya sehingga selesai hajatnya (dinilai sahih oleh al-Albani). Baginda tidak menyuruh seseorang meludah atau memuntahkan apa yang ada dalam mulut apabila mendengar azan seperti pendapat sesetengah orang. Islam itu mudah dan praktikal. Ada orang kata, dia tidak dapat terima pendapat ini. Saya katakan kepadanya: Ini hadis bukan pendapat. Dia kata: Saya pakai pendapat orang ramai. Saya katakan: Agama berdasarkan dalil, bukan emosi

Dalam hadis disebut “Apabila telah dihidangkan makan malam, maka mulakanlah dengan makanan sebelum kamu menunaikan solat maghrib, dan jangan kamu tergopoh-gapah ketika makan malam kamu.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim). Dalam hadis yang lain baginda bersabda: Apabila dihidangkan makan malam seseorang kamu, sedangkan solat (jamaah) telah didirikan, maka mulailah dengan makan malam. Janganlah dia tergopoh-gapah sehinggalah dia selesai. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim). Tujuan hadis ini agar solat tidak diganggu oleh ingatan kepada makanan. Makanlah dengan sederhana kemudian bersolatlah. Namun ramai yang apabila hidangan berbuka puasa di hadapan matanya dan keinginannya pula tinggi, lalu dia meninggalkan hidangan pergi menunaikan solat dengan hati yang tidak fokus. Seakan itu petunjuk agama. Sebenarnya petunjuk Nabi bukan demikian. Baginda lebih memahami jiwa insan. Kata al-Nawawi (meninggal 676H): Di dalam hadis- hadis tersebut menunjukkan dimakruhkan solat apabila terhidangnya makanan yang hendak dimakan kerana ianya boleh mengganggu hati dan menghilangkan kesempurnaan khusyuk. (al-Nawawi, Syarh Sahih Muslim, 4/208, Beirut: Dar al-Khair).

Apa yang ingin saya jelaskan, betapa pentingnya agama ini dibina di atas dalil. Sesiapa sahaja yang berbicara tentang agama, sehebat mana dia, mintalah kemukakan dalil syarak. Agar agama tidak menjadi jualan murah yang diberi lesen kepada sesiapa sahaja untuk mewakili Allah dan Rasul-Nya tanpa bukti. Contoh-contoh puasa adalah sempena Ramadan yang masih kita lalui. Banyak lagi contoh lain jika ingin dibicarakan. Semoga puasa kita mendekatkan kita kepada sumber yang agung; al-Quran dan al-sunah.

drmaza.com - edited